Beberapa warga katolik kemudian membentuk
kelompok kecil dan berupaya untuk mendapatkan pelayanan iman. Paroki terdekat
dengan wilayah Pekanbaru adalah paroki Payakumbuh. Oleh sebab itu, datanglah pastor paroki
Payakumbuh secara teratur. Dengan demikian saat itu wilayah Pekanbaru merupakan
stasi dari paroki Payakumbuh.
Perkembangan selanjutnya karena jumlah umat dipandang
memadai oleh Pastor
maupun Prefek Apostolik Padang, sehingga dirasa perlu untuk menempatkan seorang
pastor yang menetap di Pekanbaru agar pelayanan iman umat lebih teratur dan
intensif. Pada tahun 1954 dibangunlah tempat ibadah semi
permanen, sejak 24 Mei 1954, Pekanbaru di tetapkan secara
resmi sebagai wilayah pelayanan pastoral paroki tersendiri, tepatnya sebagai “quasi paroki”
Proses
terbentuknya Pekanbaru quasi Paroki seperti uraian berikut,
Pastor A. Nardello, SX melakukan pinjauan dan
kunjungan pertama ke Pekanbaru dan kembali ke Payakumbuh. Kemudian pada tanggal
10 Nopember 1953 pada jam lima pagi, tibalah Pastor Danielli, SX di Pekanbaru yang berangkat dari
Bukit Tinggi.
Pastor dijemput oleh keluarga ibu Kho Guan Ek {Bapak Cahya} dan beberapa orang
katolik lainnya. Saat itu belum ada gedung gereja atu milik gereja maka Pastor
Danielli, SX menginap dirumah Bapak Cahya yang terletak di jalan Bangka.
Setalah beberapa lama Pastor tinggal dirumah keluarga Bapak Cahya, kemudian
disewalah sebuah kamar untuk Pastor yang tidak jauh dari situ masih di jalan Bangka.
Tidak lama berselang setelah Pastor
Danielli, SX menyusulah Pastor A. Nadello, SX yang kemudian berhasil membeli sebidang tanah yang terletak
di jalan Bankinang {sekarang Jl. A. Yani}. Tanah ini adalah tanah milik Bapak Ceng San, seorang
katolik yang tinggal di Payakumbuh. Setelah tanah didapatkan diuruslah
perizinan untuk membangun gereja, antara lain ke kantor pejabat agama yang saat itu dijabat oleh Tengku Yunus dan ke
kantor wali kota yang waktu dijabat ole Tengku Ilyas. Dalam mengurus segala
sesuatu itu tentulah tidak boleh dilupakan Pastor A. Nardello, SX dan Bapak
Cahya. Dalam
soal mencari tanah dan mengurus izin-izin tersebut. Bukanlah melupakan jasa
dari Pastor Romano Danielli,SX yang memang saat itu belum fasih berbicara dalm
bahasa Indonesia, maklum beliau baru datang dari Tiongkok. Sedangkan Pastor A.
Nardello, SX sudah berbicara dalam bahasa Indonesia.
Untuk mendapatkan izin mendirikan
gereja tidaklah mudah, bahkan awalnya gereja dianjurkan dibangun di tempat yang
jauh agak terpencil dari kota letaknya. Berkat
perjuangan yang keras Pastor A. Nardello, SX dan Bapak Cahya akhirnya izin tersebut didapatkan juga. Dalam membuat permohanan tersebutl
haruslah ditandatangani orang yang dianggap sebagai pemohon,
oleh sebab itu yang mendatangani sebagai pemohon adalah sebagai berikut:
ibu Lim Sui Hok, Bapak Cahya {Kho Guan Ek}, ibu Cahya {Ludovika Wong
Ba}.
Secara bersama-sama kedua Pastor itu mengusahan
sebuah rumah yang terbuat dari kayu yang
kemudian digunakan sebagai tempat tinggal Pastor {Pastoran} sekaligus gereja. Untuk membangun
gereja tersebut, diperlukan dana yang cukup besar. Selain dana yang berasal dari
Prefektur dan umat yang menyumbang, Pastor Danielli,SX juga berupaya untuk mendapatkan dana dari luar negeri yaitu dari negara
Italia.
Sebagai usaha
untuk mengetuk hati para penderma dari luar negeri itu, Pastor R.Danielli membuat
sebuah foto seorang anak kecil --anak kecil itu sekarang kita kenal sebagai Ibu Th. Suwanty-- yang kemudian di kirim ke
Italia.
Pada pelayanan Pastor A. Nardello, SX dan Pastor R,
Nardelli, SX di Pekanbaru tempat ibadat belum ada sehingga Peryaan Ekaristi diadakan di
rumah-rumah umat secara bergilir. Persis seperti jemaat pertama, zaman para
rasul {kis 2:41-47}. Umat katolik di Pekanbaru saat itu baru sembilan orang, umumnya berdomisili di daerah Rumbai. Misa diadakan secara
bergilir antara lain rumah ibu Cahya, ibu Cicilia {Ng Gho}, sunardi {karyawan
caltex}, Lim Sui hok, ibu Onde. Misa kudus diadakan secara rutin setiap hari minggu. Biasanya
setelah merayakan Ekaristi di rumah umat di Pekanbaru, Pastor langsung pergi ke
Rumbai kawasan perusahaan caltex dengan menumpang perahu kecil menyebrangi
sungai Siak merayakan Ekaristi di situ.
Meskipun fasilitas yang ada saat itu sederhana, tetapi semangat
mewartakan menghasilkan buah yang baik. Dari waktu ke waktu umat terus
bertambah jumlahnya Berdasarkan umat yang
dipermandikan, sebenarnya Paroki Pekanbaru sudah berdiri
semenjak 25 Desember 1952. Akan tetapi, kalau
dilihat berdasarkan tempat ibadah, Paroki Pekanbaru ada sejak 25 Desember 1954 karena waktu itu gereja Katolik
di Pekanabaru diresmikan. Sedangakan menurut adanya Pastor yang menetap, maka Paroki sudah ada sejak 10 Oktober
1953 yaitu dengan menetapnya Pastor Romano Danielli,
SX sebagai Pastor pertama.
Dengan berdirinya gedung gereja
berarti di Pekanbaru sudah memenuhi empat kriteria sebagai persyaratan
berdirinya suatu paroki. Kriteria yang dimaksud yaitu: 1) adanya suatu wilayah tertantu, dalam hal ini wilayah
Pekanbaru dan sekitarnya, 2) sudah ada jumlah umat tertentu yaitu umat Katolik Pekanbaru dan sekitarnya, 3) adanya tempat peribadahan
yaitu dengan berdirinya gedung gereja, 4) sudah ada Pastor yang menetap dan melayani
kepentingan rohani umat yakni Pastor R. Danielli, SX.
Perkembangan umat
katolik dari waktu ke waktu terus meningkat baik dari paroki sendiri maupun
pendatang, sehingga gedung gereja yang tadinya memedai, tidak lagi mampu menampung jumlah umat yang semakin banyak. Oleh karena itu, para
Pastor yang berkarya di Paroki Pekanbaru dan Bapak Uskup Padang Mgr. Bergamin,
SX merencanakan membangun gedung gereja baru yang lebih besar ukurannya dan
mampu menampung perkembangan umatnya ke depan.
Di sebelah gedung
gereja ada sebidang tanah yang cukup luas. Pemilik tanah itu adalah seorang
yang bukan beragama Katolik yaitu Bapak Yap Tek{ ayah dari Bapak Abubakar }.
Setelah ada persetujuan dari kedua belah belah pihak maka tanah itu pun dibeli
pihak gereja. Kemudian izin untuk membangun gedung gereja pun di urus.
Setelah
segala sesuatu selesai maka pada bulan maret 1963 bapak Uskup Raimondo
Bergamin, SX dan Bpak gubernur Riau yang waktu itu dijabat oleh Bapak
Khaharudin Nasution meletakkan batu pertama, sebagai tanda dimulainya
pembangunan gedung gereja yang baru tersebut. Pada tahun 1963 itu yang menjabat
sebagai kepala Paroki adalah Pastor Aniceto
Morini, SX. Mulai terlaksananya pembangunan ini tentunya tidak terlepas dari
hasil kerja keras dari Pastor A. Morini, SX selaku pastor kepala Paroki bersama
pastor-pastor yang bertugas di Pekanbaru lainnya.Para pastor tersebbut adalah
Pastor silvano Laurenzi, SX, Pastor Albino Orsi, SX, Pastor Angelo Calvi, SX,
dan Pastor Abdon Fantelli, SX.
Gedung gereja yang baru itu
selesai dibangun dan diresmikan pada tanggal 30 Mei 1965, oleh Bapak Uskup
Raimondo Bargamin, SX, dan Bapak Gubernur Riau yang saat itu masih dijabat oleh
Bapak Khaharudi Nasution. Dengan selesainya pembangunan gereja yang baru
diharapkan umat katolik dapat lebih baik dalam melaksanakan ibadat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar